Akan kemanakah angin berhembus
Tatkala turun senja yang muram dan menghunus
Ombak kebingungan, antara pasang atau surut
Bulan di tengah lautan remang berkabut
Untuk siapakah awan berarak
Ketika bumi menolak dan mengelak
Dari sembab mendung
Begitu mata ini, memandang langit dengan lantang
Tanpa sembab sesendupun juga
Kepada siapakah dahan-dahan berdaun
Jika ulat-ulat selalu merasa terhidang dengan daun yang mengayun
Bagaimana aku menanam
Jika membiarkan hama-hama nafsu memakannya dengan runyam
Sampai kapankah nafas masih berhembus
Disaat hari yang dahaga masih berkabut dan haus
Mata menyombongkan diri pada sembab air mata
Dan nafsu menggrogoti bunga-bunga cinta
Datanglah engkau
Berbaring di sisiku
Tataplah aku dengan sinar mataMu
Tangiskan aku karena khilaf-khilafku
Suburkan sukmaku dengan racun pembasmi nafsuku
Hingga
Rindu bertemu denganMu
Menjadi angan dan impianku
Tatkala turun senja yang muram dan menghunus
Ombak kebingungan, antara pasang atau surut
Bulan di tengah lautan remang berkabut
Untuk siapakah awan berarak
Ketika bumi menolak dan mengelak
Dari sembab mendung
Begitu mata ini, memandang langit dengan lantang
Tanpa sembab sesendupun juga
Kepada siapakah dahan-dahan berdaun
Jika ulat-ulat selalu merasa terhidang dengan daun yang mengayun
Bagaimana aku menanam
Jika membiarkan hama-hama nafsu memakannya dengan runyam
Sampai kapankah nafas masih berhembus
Disaat hari yang dahaga masih berkabut dan haus
Mata menyombongkan diri pada sembab air mata
Dan nafsu menggrogoti bunga-bunga cinta
Datanglah engkau
Berbaring di sisiku
Tataplah aku dengan sinar mataMu
Tangiskan aku karena khilaf-khilafku
Suburkan sukmaku dengan racun pembasmi nafsuku
Hingga
Rindu bertemu denganMu
Menjadi angan dan impianku
buat siapa puisi itu, masihkah untuk kekasihmu tercinta Allahu Rabbuna wa robbukum...
BalasHapusmasih perlukah dipertanyakan?
BalasHapusoke bos...
BalasHapus