Parenting Mana yang Harus Diikuti?

Main Posts Background Image

Main Posts Background Image

Kamis, 05 Juli 2018

Parenting Mana yang Harus Diikuti?

Dulu ilmu parenting diajarkan turun-temurun dari orang tua ke anak, biasanya orang tua mulai mengajarkan ilmu mendidik anak saat anaknya memulai hidup baru, mulai dari aturan-aturan setelah menikah, cara bersosial dengan mertua dan tetangga pasca menikah, pada tahap perempuan hamil dan melahirkan, ada beberapa arahan tentang bagaimana cara menjaga kehamilan, cara menggendong, cara memandikan, cara mengasuh dan mendidik anak. Sampai terkadang kita sebagai orang tua merasa kalah terhadap hak mengasuh anak dengan cara kita sendiri.

Referensi orang tua kita dulu adalah warisan yang turun-temurun juga. Semacam ada mata rantai parenting yang tidak pernah habis. Saat ini internet sangat mudah diakses karena sebagian masyarakat memiliki smartphone, ilmu parenting juga menjamur, mulai dari ilmu parenting dari sisi agama, parenting barat sampai parenting psikologi, broadcast parenting dari motivator, psikolog dan tokoh agama pun tak ketinggalan menghiasi dunia parenting. Semua ingin menjadi orang tua yang baik dan ideal bahkan menjadi percontohan bagi semua orang tua dalam mendidik anak. Lalu parenting yang bagaimana yang harus kita ikuti?

Parenting adalah proses pembelajaran pengasuhan interaksi antara orang tua dan anak. Selain ilmu parenting tradisional ada juga mitos dan adat. Kedua hal tersebut harus kita sikapi dengan bijak tanpa harus meninggalkan adat dan kebudayaan yang telah berjalan dengan harmonis di masyarakat.

Mitos adalah penafsiran alam semesta beserta keberadaan makhluk di dalamnya, umumnya orang tua sering memberikan kita nasehat yang berkaitan dengan mitos-mitos ini, contoh kecil saja tidak boleh duduk di bantal nanti bisulan, perawan jangan duduk di depan pintu karena nanti bisa mempersulit jodoh, tidak boleh menyembelih hewan atau memancing saat istri sedang hamil karena dikhawatirkan anaknya menjadi sumbing, dsb. Sebenarnya tujuan dari disampaikannya mitos-mitos tersebut oleh orang tua memiliki maksud dan tujuan yang baik, tidak boleh duduk di bantal karena bantal tempatnya kepala, tidak boleh duduk di depan pintu karena kurang sopan, suami tidak boleh memancing saat istri hamil karena tujuannya agar tidak menyakiti binatang, lalu mengapa terkadang mitos-mitos tersebut justru malah terjadi? Itu sebab dari pikiran  sendiri, terlalu meremehkan nasehat yang baik sehingga justru terbawa dalam sikap, menggiring alam bawah sadar, bukankah Tuhan itu tergantung pada prasangka hambaNya? Nyatanya juga banyak yang bisulan padahal tidak duduk di atas bantal, belum menikah padahal tidak pernah duduk di depan pintu, dst.

Sisi parenting dari mitos ini adalah tetap memelihara sekaligus menggali kebaikan-kebaikan yang tidak tampak yang dulunya dibungkus dengan akibat-akibat yang membuat pendengarnya jera akhirnya menaati nasehat orang tua. Jadi bukan hanya memerangi mitos tersebut, apalagi sampai meremehkan nasehat-nasehat orang tua yang diungkapkan secara frontal. Namun kita bisa mengarahkannya ke arah yang lebih logis dan positif. Ada pula mitos yang perlu untuk ditinggalkan sekiranya dari mitos tersebut berada di luar anjuran agama dan di luar nalar juga norma sosial.

Tentang adat, seiring dengan perkembangan zaman, semakin banyak yang meninggalkan adat dan kebudayaan dengan berbagai alasan medis ataupun aturan agama, seperti adat sunat untuk anak perempuan, adat menikah dengan family terdekat untuk mempertahankan keturunan, adat perempuan melamar laki-laki. Mengikuti adat setempat yang tidak bertentangan dengan nilai agama merupakan bentuk pelestarian kebudayaan yang telah mengakar. Ketika menjadi anak, kita pasrah terhadap adat yang diberlakukan oleh orang tua, ketika kita menjadi orang tua kelak, kita bisa saja mendobrak kebudayaan yang ada, namun dengan syarat tanpa menghilangkan unsur budaya yang dibangun oleh para tetua. Sebab suatu bangsa yang telah memiliki kebudayaan yang tinggi, pasti memiliki peradaban yang tinggi pula. 

Kemodernan saat ini banyak yang hampir menggerus budaya, cara pandang, cara berpikir dan parenting tradisional. Tulisan parenting modern yang kebanyakan diadopsi dari barat  menjadi hipnotis mama muda masa kini, menjadi corong para motivator, begitu pula seminar parentingnya, di suatu lembaga pendidikan maupun sosial yang bekerja sama dengan produk khas anak-anak membuka kelas parenting dengan tema beraneka ragam, dikemas dengan meyakinkan, tidak sedikit ibu-ibu yang merasa terharu dan menyesal tentang perlakuannya pada anak setelah mengikuti parenting, tapi tunggu beberapa hari ke depan, ibu-ibu mulai lupa ilmu parenting yang didapat, yang biasanya marahi anak saat melakukan kesalahan kembali lagi perlakuannya seolah lupa telah mengikuti parenting. Lalu sebagian dari mereka justru merasa gagal sebagai orang tua atau gagal menjadi ibu yang baik sebab tidak sesuai dengan standar parenting.

Belum lagi zaman sosmed yang mewadahi grup mama muda dalam mengasuh dan mendidik anak, yang pro sufor dan pejuang ASI, yang working mom dan Ibu Rumah Tangga, yang suaminya membantu pekerjaan istri dan yang suaminya sibuk bekerja dan menyerahkan seluruh urusan domestik rumah tangga kepada istri, yang Ibu Rumah Tangga dengan IRT yang merangkap bisnis online, saling mencibir dengan dalih bendera kebenaran yang dikibarkan penuh bangga, padahal semua ibu adalah baik, menginginkan kebaikan untuk anak-anaknya. Terkadang seseorang menginginkan menjadi ibu dengan standar ibu ideal yang sabar, telaten terhadap anak, tidak marah kepada anak, melayani keluarga  dan tidak bekerja di luar dan standar-standar lainnya akan menjadikan seseorang menjadi robot sistem parenting. Tidak tahan banting dan lagi-lagi banyak yang merasa gagal menjadi orang tua. 

Memang mendidik anak bukan hal yang mudah, membaca beberapa parenting yang isinya anjuran kepada orang tua untuk tidak marah dan tidak meninggikan suara adalah teori yang imposible, sesuatu yang sangat sulit di aplikasikan, karena mengkondisikan anak dalam proses belajar adalah bukan sesuatu yang mudah apalagi kalau anaknya banyak. :)))

"Jangan membentak anak, jangan memarahi anak karena dapat membunuh jutaan sel otak, tidak boleh mengatakan 'jangan' kepada anak." Kita mungkin familiar pada parenting ini di beberapa artikel, sedangkan parenting agama menghendaki orang tua untuk sering memberikan nasehat 'jangan' kepada anak.

Karakter anak tidak dapat disamakan, marah orang tua pada anak bisa saja memiliki level seperti menu ayam geprek 😌 silahkan pilih porsinya kalau memang itu bertujuan untuk membentuk karakter anak yang tahan banting. Yang tidak boleh adalah mengumbar kalimat yang menyakitkan bagi anak, melabeli dan membunuh karakternya.

Ada orang tua yang memilih untuk bersabar mengarahkan anaknya tanpa bersuara tinggi, silahkan jika tanpa bersuara tinggi anak bisa menurut dan mampu membedakan mana hal yang baik dan mana hal yang buruk.

Ada seorang ibu yang membiarkan anaknya ketika mencoret-coret tembok, ia berdalih ini untuk menunjang kreatifitas anak-anak. 

Ada seorang ibu yang mengalihkan ke kertas atau papan saat anaknya mencoret-coret tembok, ia berdalih mengajarkan anak untuk meletakkan sesuatu pada tempatnya sedari kecil, mengajarkan kebersihan dan kerapihan. 

Ada ibu yang memarahi anaknya saat anaknya mencoret-coret tembok, ia berdalih anaknya super, kalau tidak dimarahi anaknya semakin membikin ulah, melunjak. 

Konsep pendidikan karakter paling ideal adalah dengan tidak mengikuti standar parenting dari luar. Parenting terbaik adalah parenting hati nurani, karena hati nurani merupakan esensi tunggal dan sempurna, dimana wataknya adalah mengingat, terjaga, berfikir, membedakan antara yang baik dan buruk, kuasa menangkap seluruh ilmu, dan tak jemu memungut bentuk-bentuk non materi. Tanyakan pada diri masing-masing, pantaskah kita sebagai orang tua mengemban amanah dariNya? Sudah sampai manakah tirakat kita sebagai orang tua dalam mendidik putra-putri kita?

Hanya orang tua lah yang tahu mana yang terbaik untuk putra-putrinya. Begitupun dengan cara didikannya mungkin berbeda, yang boleh disamaratakan hanyalah doa kita sebagai orang tua terutama ibu, semoga kelak putra-putri kita menjadi insan yang berilmu, berakhlak, menjadi generasi cemerlang untuk kesalihan pribadi dan kesalehan sosial.



31 komentar

  1. Syukur ya...Mbak admin ternyata sudah menikah dan sudah memiliki momongan, jaga dengan baik ya anaknya......


    ngomongi soal parenting saya suka cara cara yang sederhana saja mbak....

    BalasHapus
    Balasan
    1. alhamdulillah ya :D

      iyaa.. parenting yang sesuai dengan budaya kesantunan kita sebagai orang indonesia ya :D

      Hapus
  2. Alhamdulillah budaya mendidik anak dikeluarga gua tetap sama, nggak ada perubahan, kalaupun ada cukup disesuaikan aja hehe, trims sharingnya hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. betul.. menyesuaikan sesuai dengan karakter anak, tidak harus sesuai dengan parenting kebanyakan yang justru malah menganggap parenting dari orang jaman dulu tidak berlaku :( akhirnya berantem deh sama ortu :( kcuali kalau ortunya si ortu (apaan si :D)bisa kompromi dengan parenting jaman now :D

      Hapus
  3. setiap anak berbeda-beda
    ada yang cepat dan cekatan tanggapnya tapi ada juga yang biasanya saja
    mesti sabar

    ingat dulu orangtua kita menjaga kita dengan baik hingga kita dewasa dan mandiri

    BalasHapus
    Balasan
    1. tepat sekali, karena bertebaran parenting jaman sekrang lantas kebanyakan orang tua lupa dengan didikan asalnya yang justru membesarkannya :( yang paling bikin sedih, kita ngotot dengan parenting yang kita jalankan tapi justru kita kehilangan adab kepada orang tua kita :(

      Hapus
    2. jangan sampai kehilangan adab mbak
      taat kepada ortu wajib hukumnya buat saya
      meskipun sakit rasanya, palagi masih hidup ortu kita

      Hapus
    3. karena itulah saya membuat tulisan ini agar tidak ada anak yang su'ul adab kepada orang tua sekalipun pendidikannya lebih tinggi, meskipun pendidikan parenting yang dia dapatkan juga banyak.. menggunakan bahasa kita agar tidak berkesan menggurui, karena kita sama-sama belajar..

      Hapus
  4. Adat menikah kadang emnk bertentangan dgn agama, tapi perlahan ada yg meninggalkan kalo di batak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. di jawa pun banyak yang mulai ditinggalkan adat-adat yang tidak sesuai dengan agama :)

      Hapus
  5. Amin ya robbal alamin, setiap orangtua pasti ingin yang terbaik untuk anaknya, dengan berbagai cara yang berbeda.. semoga kita bisa menjadi orangtua yang baik untuk anak-anak kita ya mbak btw salam kenal

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya ka.. gak bisa disamakan memang cara mendidik antara anak satu dengan yang lain, jangankan dengan anak lain, dengan anak kandung yang berbeda karakter saja kita tidak bisa memberikan parenting yang paten :)

      salam kenal juga kaka cantiikk

      Hapus
  6. Bicara soal mitos-mitos ini sangatlah menarik sekali. Dulu orang tidak berani membantah dan bertanya tentang maksud mitos tersebut. Pokonya anak segera menuruti dan melaksanakannya.
    Tapi kini anak daya kritisnya sungguh luar biasa. Kalau dinasehati dengan gaya mitos, langsung deh membantah dan mentertawakannya.
    Konsep parenting yang ideal pastinya adalah lewat ilmu, tidak hanya sekedar naluri belaka.

    BalasHapus
    Balasan
    1. terima kasih tambahannya mas djangkaru, saya garis bawahi ya kalimat yang terakhir "parenting tidak hanya dengan naluri tapi dengan ilmu",

      lalu saya tambahkan juga.. selain dengan ilmu, kita juga harus memakai hati nulari :)

      Hapus
    2. Wah lama ini sepinya, kapan nih yang baru. Jadi kangen selanjutnya.

      Hapus
    3. hahah, lagi semedi bang :p

      Hapus
  7. Mendidik dengan hati nurani, plush sesuai dengan ajaran agama, pasti oke..

    BalasHapus
    Balasan
    1. sesuai dengan ajaran agama masing2 tentunya yah :) terima kasih kunjungannya...

      Hapus
  8. Sepakat bgt nih, parenting yg baik adalah parenting dengan hati nurani.. Semoga seluru ibu bapak di dunia ini diberi kekuatan dan kemudahan dalam mendidik anak, aamiin

    BalasHapus
  9. Parenting hati nurani lebih cocok untuk saya, jadi tidak kaku

    BalasHapus
    Balasan
    1. semoga kita bisa mendidik anak anak kita dengan baik dan penuh kasih sayang dan hati nurani :)

      Hapus
  10. Selama itu postifi, orang tua perlu memberikan suport kepada anak-anaknya

    BalasHapus
  11. kalau yang saya amatai parenting orang zaman dulu itu harus sesuai dengan pakemnya, kalau yang modern cara parenting itu berbeda tergantung dengan karakter anak masing-masing

    BalasHapus
    Balasan
    1. ambil yang positif dengan tetap memelihara parenting jadul yang juga positif ^^ benar sekali, mendidik berdasarkan dengan karakter tiap anak ^^

      Hapus
  12. Model parenting yaa...

    Anak itu ibarat raja atau ratu.
    Bukan berarti apa apa dikasih , apa apa dituruti.

    Raja itu dijaga pergaulannya (jangan sampai bergaul bebas tak jelas)
    Raja itu dijaga makanannya (jangan sampai jajan yang membahayakan)
    Raja itu dijaga aktivitasnya (jangan sampai malas)
    Dll.

    InsyaAllah , akan khair anaknya :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. wowww kereeen perumpamaannya, yang penting ga semena mena yah om :D

      Hapus
  13. Bagus nih artikelnya.
    Lengkap dan jelas..

    BalasHapus
  14. Tahun baru telah tiba, kapan nih ada berita barunya

    BalasHapus
  15. Ho oh, paling pas ya parenting ala diri sendiri karena nyesuaiin anak kitanya gimana. Btw, di keluargaku bayi perempuan masih sunat

    BalasHapus

Budayakan berkomentar  ヽ(^。^)ノ

Error 404

The page you were looking for, could not be found. You may have typed the address incorrectly or you may have used an outdated link.

Go to Homepage