MENANG DAN KALAH (TERNYATA) BUKAN HAL BIASA

Main Posts Background Image

Main Posts Background Image

Selasa, 05 Maret 2024

MENANG DAN KALAH (TERNYATA) BUKAN HAL BIASA

sumber: pinterest


:: Tulisan panjang, rasah digagas, skip aja 😭 ::

Segala puji bagi Allah Swt, usai sudah proses pencoblosan Pilpres pada 14 Februari 2024 kemarin. Berdasarkan hasil quick count (hitung cepat) mayoritas lembaga survei, pasangan calon (paslon) nomor urut 02, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka memperoleh suara lebih dari 57% menungguli paslon nomor urut 01, Anies Rasyid Baswedan – Muhaimin Iskandar, dan nomor urut 03, Ganjar Pranowo – Mahfud MD.

Meski hasil resmi dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) belum dirilis, tetapi biasanya komposisi jumlah perolehan suara yang muncul tidak akan jauh berbeda dari hasil quick count yang memang digelar secara ilmiah. Itu artinya, Pilpres 2024 yang banyak diprediksi bakal terjadi hanya dalam satu putaran menjadi hal yang tidak terelakkan.

Mental health (kesehatan mental) adalah sisi yang harus mulai mendapatkan perhatian di tengah panasnya cuaca politik saat ini. Pasalnya, perang yang memungkinkan dihadapi seseorang ialah berupa kecamuk batin baik di media sosial maupun di kehidupan nyata di tengah masyarakat. Barang kali, hal itu tidak terlihat terang-terangan. Namun, segala reaksi yang muncul sangat berpotensi menghadirkan depresi meskipun masih bersifat kecil dan halus.

Pentingnya mencurahkan perhatian terhadap kesehatan mental ini tidak hanya berlaku atau berfokus kepada pihak yang kalah, mental mereka para pendukung pihak pemenang pun terkadang juga menjadi korban dan rentan terganggu. Misalnya, mendapatkan tindakan perundungan dari sifat ofensif pihak yang kalah. Atau sebagian dari mereka saat ini sedang merasa tertekan lantaran belum menemukan ruang dan waktu untuk melakukan selebrasi secara nyaman dan aman.

Di sisi lain, pihak yang menang juga berpotensi bersikap jemawa karena menganggap persoalan perolehan suara tujuan final. Padahal siapa pun Presiden dan Wakil Presiden RI yang terpilih, tanggung jawab mengawal dan mengawasi pemerintahan yang berlangsung adalah kewajiban semua pihak. Pihak pendukung yang kalah maupun yang menang, sama-sama berkepentingan mengantarkan bangsa Indonesia ke masa depan yang lebih baik lagi.

Mencaci atau menghujat pendukung lawan, bergembira di atas kesedihan kelompok lain, gemar menyakiti hati seseorang, dan merendahkan pilihan orang lain adalah serangkaian bentuk kesombongan yang sangat dibenci oleh Allah Swt dan Rasul-Nya. Dalam QS. Luqman: 18, Allah Swt berfirman:

وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِى الْاَرْضِ مَرَحًاۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ 
مُخْتَالٍ فَخُوْرٍۚ

“Janganlah memalingkan wajahmu dari manusia (karena sombong) dan janganlah berjalan di bumi ini dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi sangat membanggakan diri.”

Nabi Muhammad Saw juga bersabda:

الْـكِبْرُ بَطَرُ الْـحَقِّ، وَغَمْطُ النَّاس

“Sombong itu adalah menolak kebenaran dan merendahkan manusia.” (HR. Muslim).

Sekali lagi, menjaga kesehatan mental menjadi sesuatu yang sangat penting sekarang ini. Upaya itu merupakan bagian dari hifz al-‘aql (menjaga akal). Di antara bentuk ikhtiar hifz al-‘aql bagi para pendukung pilpres ialah dengan cara melewatkan berita yang menggiring opini negatif, filtrasi berita hoaks, serta skeptis terhadap informasi sebelum divalidasi oleh data dan fakta.

Upaya hifz al-‘aql di tahun politik juga tidak lepas dari peran para calon pemimpin yang didukung. Pemimpin sejati akan mampu level up dalam mengolah emosi sehingga tidak memprovokasi dan menebar kebencian di hati para pendukungnya.

Memang, menghadapi fakta kalah dan menang tidak semudah dengan menyatakan bahwa itu merupakan hal yang biasa. Tentu saja, bagi pendukung paslon dengan peraihan suara yang tidak sesuai harapan akan dihinggapi rasa sedih, kecewa, marah, dan beberapa kekhawatiran tentang nasib Indonesia ke depan.

Namun, cobalah untuk menjadi pemilih tangguh dengan cara menikmati setiap prosesnya hingga menjadi semacam healing trauma. Yakinlah bahwa nurani tidak pernah salah dalam menentukan pilihan. Akan tetapi, selanjutnya harus dipasrahkan penuh kepada Swt.

Kalah, sejatinya adalah ngalah, bisa dianggap berasal dari lema “nge-Allah,” menyerahkan segala sesuatu kepada Allah. Dalam ajaran Islam pun diajarkan untuk mencintai sekadarnya dan membenci sewajarnya. Rasulullah Saw bersabda:

ﺃَﺣْﺒِﺐْ ﺣَﺒِﻴﺒَﻚَ ﻫﻮﻧﺎ ﻣَﺎ ﻋَﺴَﻰ ﺃَﻥْ ﻳَﻜُﻮﻥَ ﺑَﻐِﻴﻀَﻚَ ﻳَﻮْﻣًﺎ ﻣَﺎ، ﻭَﺃَﺑْﻐِﺾْ ﺑَﻐِﻴﻀَﻚَ ﻫَﻮْﻧًﺎ ﻣَﺎ ﻋَﺴَﻰ ﺃَﻥْ ﻳَﻜُﻮﻥَ ﺣَﺒِﻴﺒَﻚَ ﻳَﻮْﻣًﺎ ﻣَﺎ

“Cintailah orang yang kau cinta dengan sewajarnya, boleh jadi suatu hari dia menjadi orang yang kau benci. Dan bencilah kepada orang yang kau benci sewajarnya, boleh jadi suatu hari dia yang kau benci menjadi orang yang kau cinta” (HR Tirmidzi).

Lagi pula, filosofi Jawa “gething bakal nyanding” (yang awalnya benci, akhirnya bersandingan) sudah sangat biasa terjadi dalam dinamika politik. Yang dulunya lawan, sekarang kawan. Yang sebelumnya mendukung secara ugal-ugalan sekarang, kini menjadi lawan secara terang-terangan.

Setelah itu, mereka, para elite pada akhirnya tetap bisa ngopi bersama untuk berembuk memajukan Indonesia. Sedangkan kita, tetap beraktivitas seperti biasa dengan segala kesibukan di dalamnya.

Manusia perlu sadar diri, bahwa semesta tidak melulu bekerja sesuai dengan apa yang diinginkan. Tentu, selalu akan ada campur tangan Allah Swt. Boleh jadi yang buruk menurut manusia justru sejatinya kebaikan di sisi Allah. Begitu pun sebaliknya.

Dalam QS. Al-Baqarah: 216, Allah Swt berfirman:

كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ وَهُوَ كُرْهٌ لَّكُمْ ۚ وَعَسٰٓى اَنْ تَكْرَهُوْا شَيْـًٔا وَّهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ ۚ وَعَسٰٓى اَنْ تُحِبُّوْا شَيْـًٔا وَّهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ ۗ وَاللّٰهُ يَعْلَمُ وَاَنْتُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ

“Diwajibkan atasmu berperang, padahal itu kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal itu baik bagimu dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu buruk bagimu. Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.”

Mari memandang bahwa ketiga paslon capres-cawapres sebagai sosok anak bangsa yang sangat mencintai dan menginginkan kebaikan untuk Indonesia. Mari memahami bahwa pilpres hanya merupakan sebentuk proses dari asas demokrasi dalam rangka mencari pemimpin terbaik yang dipilih langsung oleh rakyat.

Para guru juga mengarahkan kita untuk berdoa agar diberikan pemimpin yang baik. Sebagaimana doa yang diajarkan ulama karismatik, Dr. KH Ahmad Mustofa Bisri atau Gus Mus berikut ini:

اللهم لا تسلط علينا بذنوبنا
من لا يخافك ولا يرحمنا

“Ya Allah ya Tuhan kami, janganlah Engkau kuasakan atas kami -karena dosa-dosa kami- penguasa yang tidak takut kepadaMu dan tidak berbelas-kasihan kepada kami.”

Bukankah ini adalah doa yang mulia? Ketika Allah Swt telah menakdirkan pemimpin terpilih, bersikaplah legawa bahwa itu adalah pilihan terbaik, jawaban dari doa, serta menjadi penanda kemenangan kita bersama.

Setelah itu, jangan pernah lelah untuk terus mengawal dan mengkritik sistem pemerintahan yang tidak sesuai dengan moral, etika, dan hukum. Tetaplah mengedepankan prinsip amar ma’ruf bil ma’ruf-nahi munkar bil ma’ruf atau menegakkan kebaikan serta mencegah kezaliman dengan sikap yang bermartabat. Dengan begitu, demokrasi akan tetap terwujud melalui musyawarah mufakat dengan menjunjung tinggi nilai akhlak, adab, serta asas ketauhidan.

Siapa yang paling bertanggung jawab dalam menjaga kesehatan mental usai pilpres? Tentu saja kita sendiri.

Pahami apapun hasil Pilpres 2024 sebagai wujud dari rukun iman yang keenam, yakni beriman kepada qada dan qadar atau semua ketetapan dan ketentuan yang berasal dari Allah Swt.

Longgarkan hati, jangan berlarut-larut dalam kesedihan. Sebab, kesedihan dan sakit hati yang berlarut terhadap peristiwa yang terjadi sama halnya dengan tidak rida dengan keputusan Allah.

Apabila dirasa masih berat beban yang ada dalam pikiran, cobalah untuk berpuasa dari media sosial dan menghindari percakapan berbau politik di antara teman atau keluarga.

Pilpres hanya sekali dalam lima tahun, tetapi ukhuwah islamiyah dan ukhuwah wathaniyah harus dipegang teguh untuk menjadi manusia yang tetap dalam ‘tali’ Allah Swt:

وَاعْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللّٰهِ جَمِيْعًا وَّلَا تَفَرَّقُوْا ۖوَاذْكُرُوْا نِعْمَتَ اللّٰهِ عَلَيْكُمْ اِذْ كُنْتُمْ اَعْدَاۤءً فَاَلَّفَ بَيْنَ قُلُوْبِكُمْ فَاَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهٖٓ اِخْوَانًاۚ وَكُنْتُمْ عَلٰى شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ النَّارِ فَاَنْقَذَكُمْ مِّنْهَا ۗ كَذٰلِكَ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اٰيٰتِهٖ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُوْنَ

“Berpegangteguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, janganlah bercerai berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara. (Ingatlah pula ketika itu) kamu berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari sana. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu mendapat petunjuk.

Ditulis di https://ikhbar.com/konsultasi/semua-ketetapan-allah-termasuk-apapun-hasil-pilpres/

Tidak ada komentar

Posting Komentar

Budayakan berkomentar  ヽ(^。^)ノ

Error 404

The page you were looking for, could not be found. You may have typed the address incorrectly or you may have used an outdated link.

Go to Homepage