Bolehkah Seorang Ibu Mengeluh?

Main Posts Background Image

Main Posts Background Image

Rabu, 18 Januari 2023

Bolehkah Seorang Ibu Mengeluh?

“Wong wedok nek mari tandang gawe, ngramut anak bojo, masak, trus sambat, derajate diunggahno karo Pengeran” KH. Husein Ilyas

“Orang perempuan, kalau habis bekerja, merawat anak dan suami, masak, kemudian mengeluh, maka derajatnya diangkat oleh Tuhan.” KH. Husein Ilyas

Mungkin kamu bertanya-tanya (tidak perlu pakai nada Alif Cepmek), mengapa seorang Kyai justru menyarankan santri-santrinya untuk sambat? Begitulah beliau, Kyai yang kharismatik dari Mojokerto, usianya hampir 1 abad, segala dawuhnya sarat makna. 

Dua kali aku mendengarkan-bagiku-nasihat yang begitu indah dari murabbi ruhina. Nasihat yang menjadi rintik nurani bagi mereka, ibu-ibu yang lelah, bangun lebih awal dan yang tidur paling akhir namun tetap tampak biasa sebab trahnya yang “wani tapa”, kuat tirakat, anti “sambat”, bahkan mengeluh menjadi suatu hal yang dihindari bagi perempuan, hanya demi pembuktian bahwa dirinya perkasa.

Atas nama supermom, perempuan multitasking, perempuan itu sumber kekuatan, perempuan itu bla bla bla, yang sejatinya semua hal itu lahir hanya demi menguatkan citra perempuan sekaligus mematikan karakter perempuan.

Awalnya aku menangkap dawuh dari Yai Husein Ilyas sebagai sebuah lafal mantuq yakni “mengeluh saja dinaikkan derajatnya”, mafhum-nya adalah “apalagi tidak mengeluh, maka derajatnya akan lebih naik lagi”. Namun lagi-lagi tidak semua kalimat itu perlu ditafsirkan dengan mencari mafhum-mafhum di luar lafal.

Ada banyak ibu yang tidak bisa mengekspresikan rasa lelahnya, malu mengeluh takut dibilang bukan ibu kuat dan bukan ibu tegar, rasa lelahnya ia simpan sendiri, rasa jenuhnya ia kuburkan sendiri, katanya “lelah menjadi lillah”. Kalau uring-uringan direspon “zaman dahulu anaknya banyak-banyak, gak ada yang depresi, gak ada yang ngeluh”, kemudian kurang iman menjadi asesoris terburuk yang ddidekorasikan pada sosok ibu yang baby blues dan post partum deppresion.

dari atas kiri: (Allah yarham) Bunyai Hj. Ma’rifah, KH. Husein Ilyas, Abi Maksum Maulani, (Allah yarham) Umi Khilyati Zahra


Aku pun paham dengan dawuh beliau, mengapa Tuhan menaikkan derajat perempuan yang mengeluh? Karena mengeluh adalah salah satu cara melepaskan emosi negatif dalam diri, membuang dosa-dosa overthinking pada Tuhan 😌 dengan mengeluh dapat mengurangi beban psikologis, dengan berbagi keluh kesah mampu mencurahkan apa kegelisahan kita, memendam beban berat dalam hati tidak selamanya sehat bagi jiwa. Hanya saja yang perlu diperhatikan adalah porsinya, maka mengeluhlah dengan sebaik-baik keluh kesah ❤️

Ditulis dalam rangka rindu hingga sesak kepada beliau, KH. Husein Ilyas. Atholallahu umrohu fi sihhatin wa afiah, wa a'aada ‘alaina min barokatihi wa asrorihi wa ulumihi fiddaroini, Al-Fatihah..

Tidak ada komentar

Posting Komentar

Budayakan berkomentar  ヽ(^。^)ノ

Error 404

The page you were looking for, could not be found. You may have typed the address incorrectly or you may have used an outdated link.

Go to Homepage